TIMES MAHAKAM, BLORA – Ruang kerja di Balai Desa Bangsri, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora kini berubah menjadi tempat yang tak biasa. Begitu melangkah masuk, suasana tempo dulu langsung terasa dari deretan barang antik yang tertata di setiap sudutnya.

Kepala Desa Bangsri, Yannanta Laga Kusuma, menata ruangan itu dengan konsep serba jadul yang ia garap kurang dari satu tahun terakhir.

Telepon koin, papan iklan lawas, jendela kayu yang dijadikan dinding, hingga meja penjahit yang berjajar rapi di antara meja kerja perangkat desa, menjadi ciri khas ruangan tersebut.

Tak ketinggalan jam dinding, biola, mesin tik, radio, sampai televisi klasik yang menambah kesan nostalgia. Hampir setiap sisi balai desa dipenuhi ornamen antik, membuat pengunjung seperti kembali ke masa puluhan tahun lalu.

Laga mengaku, ketertarikannya pada seni dan barang-barang jadul menjadi alasan utama konsep ini dipilih. Ia menyebut desain seperti ini justru lebih hemat dibanding pembangunan kantor desa pada umumnya.

“Jadi memang awalnya saya kan juga orang seni suka jadul-jadulan. Jadi biasanya sih ya, biasanya, kalau bangun balai desa itu kan habisnya ratusan juta bahkan sampai miliaran rupiah,” ujarnya saat ditemui, Selasa (2/12/2025).

Dengan memanfaatkan PAD Desa Bangsri, ia hanya menghabiskan sekitar Rp 40 juta untuk menata ruangan tersebut.

“Kalau kita kan menggunakan anggaran sedikit dari PAD, tapi hasilnya kan bisa semaksimal ini, kan bisa nyaman,” imbuhnya.

Menurutnya, mencari barang-barang antik itu tidak terlalu sulit. “Gampang-gampang susah lah. Tapi ya alhamdulillah kita banyak teman-teman yang jual barang-barang jadulan,” kata Laga.

Nuansa jadul itu membuat ruang kerja tetap sejuk dan nyaman untuk melayani warga maupun tamu. Bahkan konsep unik ini sempat viral di media sosial dan menjadikan Balai Desa Bangsri sebagai spot foto baru.

“Iya, ini juga digunakan untuk spot foto. Spot-spot foto yang dalam waktu pelayanan, terus kemudian karena kemarin viral banyak yang wisata ke Noyo Gimbal View itu mampir ke sini,” terangnya.

Menurut Laga, selain efisien, konsep ini juga dirancang agar suasana kerja lebih menyenangkan dan pelayanan kepada masyarakat tetap optimal. “Desainnya kayak kafe di kota-kota kan,” ujarnya sambil tersenyum. (*)