TIMES MAHAKAM, YOGYAKARTA – Empat Kepala Keluarga (KK) warga Kota Yogyakarta resmi bersiap membuka lembaran hidup baru melalui program transmigrasi tahun 2025. Mereka akan diberangkatkan menuju kawasan Torire, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Desember 2025 bersama peserta transmigrasi dari seluruh DIY.

Langkah keberanian empat keluarga ini mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Kota Yogyakarta, mulai dari fasilitas pelatihan, pendampingan, hingga pemberian uang saku sebesar Rp 13 juta per KK. Bantuan itu diserahkan langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, Kamis (11/12/2025).

Wali Kota Hasto menegaskan bahwa keputusan mengikuti transmigrasi merupakan langkah besar dan patut diapresiasi. Menurutnya, keberhasilan dalam transmigrasi sangat dipengaruhi tekad, ketekunan, serta kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru.

“Saya sangat mengapresiasi tekad panjenengan semua. Berani hijrah untuk mengubah nasib itu langkah luar biasa. Kita tidak boleh terus berada di zona nyaman—harus berani move on,” ujar Hasto.

Hasto juga mengingatkan para transmigran agar memiliki perencanaan hidup yang matang, termasuk perencanaan kebutuhan bulanan, strategi bertahan hidup di awal kedatangan, hingga target jangka panjang untuk menciptakan passive income.

“Ketika masuk lembaran hidup baru, harus telaten. Buat target, kapan bisa punya passive income. Misalnya dari ternak atau komoditas yang bisa berjalan meski badan sudah tak kuat bekerja,” tambahnya.

Fasilitas Rumah, Lahan, Air Bersih hingga Pelatihan

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Yogyakarta, Maryustion Tonang, menyebutkan bahwa empat KK yang berangkat total berjumlah 12 jiwa.

Mereka akan menerima berbagai fasilitas dari pemerintah pusat maupun daerah tujuan, antara lain rumah tipe 36, lahan pertanian seluas 2 hektare per KK, akses air bersih dari PAM, pelatihan keterampilan pertanian, dan pembinaan mental dan persiapan adaptasi.

Sebelum diberangkatkan, para calon transmigran juga mesti mengikuti camp persiapan transmigrasi di DIY.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Erna Nur Setyaningsih, memastikan keberangkatan peserta asal Kota Yogyakarta akan bergabung dengan total 15 KK dari seluruh DIY pada 17–20 Desember 2025.

“Kami punya kerja sama resmi dengan daerah tujuan. Monitoring dilakukan secara berkala, dan komunikasi dengan UPT di lokasi transmigrasi sudah berjalan baik,” terang Erna.

Testimoni Warga: Ingin Ubah Nasib

Salah satu calon transmigran, Lingga Perwira Sakti, mengaku mengikuti program ini karena ingin memberikan masa depan yang lebih baik bagi keluarga. Selama ini, warga Keparakan tersebut bekerja sebagai buruh harian dengan penghasilan tidak menentu.

“Di Yogyakarta lapangan kerja makin sempit. Saya ingin mengubah hidup keluarga. Saya pernah bekerja di perkebunan sawit di Sumatera, jadi sudah punya pengalaman,” ungkap Lingga.

Lingga menilai fasilitas yang diberikan pemerintah sangat membantu. Bahkan tahun ini, para calon transmigran mendapatkan kesempatan survey lapangan ke Torire sebelum keberangkatan.

“Fasilitasnya sangat diperhatikan, baik dari pemerintah yang memberangkatkan maupun pemerintah daerah di lokasi tujuan. Komoditas unggulan di sana bagus—kopi, durian, dan kakao. Rencana saya akan menanam kopi untuk jangka panjang dan sayuran untuk kebutuhan harian,” jelas Lingga.

Program transmigrasi yang dijalankan Pemkot Yogyakarta ini diharapkan mampu membuka peluang kesejahteraan baru bagi warga yang ingin memperbaiki taraf hidup. Dengan fasilitas lengkap, dukungan finansial, dan pendampingan pemerintah, empat keluarga ini bersiap melangkah menuju masa depan yang lebih cerah di Poso, Sulawesi Tengah. (*)