TIMES MAHAKAM, PONOROGO – Pemerintah Kabupaten Ponorogo (Pemkab Ponorogo) bergerak cepat menyiapkan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2025 yang jatuh pada Rabu, 22 Oktober 2025.

Sebuah Rapat Koordinasi (Rakor) persiapan telah digelar, menegaskan kembali peran strategis para santri Ponorogo sebagai garda terdepan dalam pembangunan moral dan kemajuan daerah.

Puncak acara HSN 2025 di Ponorogo dipastikan akan berlangsung meriah dan berkesan, memadukan tradisi keagamaan dengan inovasi kultural.
​
​Rakor yang dipimpin langsung Bupati Sugiri Sancoko didampingi Wakil Bupati Lisdyarita, Senin (6/10/2025) dihadiri perwakilan dari seluruh pondok pesantren, Kantor Kementerian Agama (Kemenag), Nahdlatul Ulama (NU), serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Rakor ini , menghasilkan sejumlah keputusan kunci mengenai rangkaian kegiatan Peringatan HSN 2025 Ponorogo:

​1. Tema Sentral dan Semangat Acara

​Tema lokal yang diusung adalah "Santri Ponorogo Pilar Utama Kemajuan Daerah," sejalan dengan tema nasional namun lebih menekankan kontribusi konkret komunitas pesantren terhadap visi Bumi Reog.

Kegiatan wajib seperti Apel Akbar akan dipertahankan, namun dengan penambahan nuansa lokal.

​2. Rangkaian Kegiatan Inovatif

​Peringatan HSN 2025 direncanakan berlangsung selama seminggu penuh, mencakup:

​Apel Akbar dan Kirab Santri: Acara puncak pada 22 Oktober, melibatkan ribuan santri dari berbagai pondok. Kirab tahun ini akan menonjolkan pakaian adat Nusantara, bukan hanya sarung, sebagai simbol kebhinekaan.

​Ponorogo Mengaji dan Istighosah Kubro: Doa bersama untuk keselamatan bangsa dan kemajuan daerah yang akan dipusatkan di Alun-Alun, melibatkan ulama dan seluruh elemen masyarakat.

​Santripreneur Expo: Pameran produk unggulan dari pesantren di Ponorogo, bertujuan mendorong kemandirian ekonomi santri dan pesantren. Ini adalah upaya nyata mengangkat produk lokal berlabel santri.

​Lomba Seni Budaya Islami: Kompetisi yang memadukan kesenian khas Ponorogo (seperti reyog versi Islami atau musik hadroh) dengan nilai-nilai kepesantrenan, sebagai upaya pelestarian budaya dan dakwah kreatif.

​3. Optimasi Lokasi dan Logistik

​Telah ditetapkan bahwa pusat kegiatan utama akan berada di Alun-Alun Ponorogo dan GOR, guna menampung antusiasme massa santri dan masyarakat yang diperkirakan membludak. Koordinasi keamanan, kesehatan, dan kebersihan diperketat, melibatkan unsur TNI/Polri, Dinas Kesehatan, dan Satpol PP.

​Bupati  Sugiri Sancoko memberikan pernyataan penutup yang penuh semangat usai Rakor. Ia menekankan bahwa HSN bukan sekadar perayaan seremonial, tetapi momen refleksi dan afirmasi peran santri.

​"Hari Santri Nasional 2025 ini harus menjadi momentum pembuktian bahwa santri di Ponorogo adalah aktor perubahan, bukan hanya objek dakwah," tegasnya.

​Menurut Bupati Sugiri Sancoko, sebagai basis pesantren besar di Jawa Timur memiliki tanggung jawab moral untuk melahirkan generasi yang tidak hanya kuat dalam ilmu agama (tafaqquh fiddin), tetapi juga kompeten secara profesional dan berjiwa kepemimpinan.

​"Saya ingin melihat lulusan pesantren Ponorogo mengisi setiap lini profesi, mulai dari birokrat, pengusaha, hingga budayawan. Mereka adalah agen pembangunan karakter yang sesungguhnya.

Kegiatan di HSN nanti harus mencerminkan visi ini, menggabungkan zikir dengan ikhtiar nyata untuk kemandirian," tambahnya, menyerukan semangat kolaborasi antara pemerintah dan pesantren.

​Bupati Sugiri Sancoko  juga menjamin dukungan penuh pemerintah daerah untuk menyukseskan seluruh rangkaian acara HSN, menjadikan perayaan di Ponorogo kali ini sebagai yang paling berkesan dan berdampak positif bagi masyarakat. (*)