https://mahakam.times.co.id/
Berita

Pulang ke Borneo: Kisah Haru Mungky dan Dodo yang Kembali ke Tanah Kelahiran

Jumat, 12 September 2025 - 08:36
Pulang ke Borneo: Kisah Haru Mungky dan Dodo yang Kembali ke Tanah Kelahiran Orangutan bernama Dodo (FOTO: YAD for TIMES Indonesia)

TIMES MAHAKAM, PENAJAM PASER UTARAPenajam Paser Utara, September 2025 – Suatu malam yang tenang di hutan Kalimantan, suara ranting patah dan desir angin menjadi latar perjalanan panjang dua sosok istimewa: Mungky dan Dodo. Bukan manusia, melainkan orangutan jantan (Pongo pygmaeus) yang selama puluhan tahun hidup jauh dari rumahnya, kini akhirnya kembali menapakkan kaki di tanah Borneo.

Mereka bukan sekadar satwa. Mereka adalah simbol harapan, luka, sekaligus ketabahan. Setelah bertahun-tahun terpenjara dalam kehidupan sebagai hewan peliharaan ilegal, lalu melalui jalan panjang rehabilitasi, kini keduanya selangkah lebih dekat menuju rumah baru: Pulau Kelawasan, pulau suaka orangutan di jantung Ibu Kota Nusantara.

Jejak Luka dan Perjalanan Panjang

Mungky dulu hanyalah bayi orangutan yang lucu. Namun, hidupnya berubah ketika ia direnggut dari hutan dan dijadikan peliharaan di sebuah rumah di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Selama bertahun-tahun, ia kehilangan kesempatan belajar dari induknya: cara memanjat, mencari makan, hingga bertahan hidup di hutan. Pada 2014, Balai KSDA Kalimantan Barat akhirnya menyelamatkannya dan menitipkannya di Sintang Orangutan Center (SOC). Saat itu, usianya diperkirakan 14 tahun.

“Secara fisik dia sehat, tapi dari sisi perilaku, insting liarnya hampir hilang. Itulah mengapa dia tidak bisa dilepasliarkan,” ungkap drh. Vicktor Vernandes dari SOC, saat ditemui kemarin.

Kini, Mungky sudah berusia 24 tahun, gagah, namun tetap rapuh di balik matanya yang tenang.

Berbeda dengan Mungky, Dodo menjalani kisah yang lebih getir. Diselamatkan dari pemeliharaan ilegal di Bogor sejak 2008, Dodo tumbuh besar di kandang PPS Cikananga, Jawa Barat. Hampir seluruh hidupnya ia habiskan jauh dari hutan.

“Insting survive-nya kecil sekali. Tapi secara medis ia sehat, hanya saja ia seperti lupa cara menjadi orangutan,” kata drh. Anatasha Reza Widiantoro dari Cikananga Wildlife Center. Kini, di usia 29 tahun, Dodo akhirnya mendapat kesempatan pulang ke tanah kelahirannya: Kalimantan.

Malam Panjang Menuju Rumah Baru

Proses translokasi mereka bukan perjalanan singkat. Mungky menempuh darat dan udara dari Sintang hingga Balikpapan pada Mei 2025, sedangkan Dodo menempuh rute panjang dari Sukabumi pada Juli 2025. Setiap detik perjalanan itu adalah perjuangan tidak hanya bagi Mungky dan Dodo, tetapi juga bagi para dokter hewan, animal keeper, dan relawan yang memastikan keduanya tetap aman.

Orangutan-bernama-Mungky.jpgOrangutan bernama Mungky (FOTO: YAD for TIMES Indonesia)

Dukungan pun datang dari banyak pihak: Balai KSDA Kalimantan Timur, Otorita Ibu Kota Nusantara, Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD), SOC, PPS Cikananga, hingga perusahaan ekspedisi KirimAja yang membantu dengan layanan logistik khusus. Semua bersatu demi satu tujuan: memberi kesempatan kedua bagi Mungky dan Dodo.

Pulau Kelawasan: Sebuah Janji Kebebasan

Saat ini, Mungky dan Dodo masih tinggal di Pusat Suaka Orangutan (PSO) Arsari di Sepaku, Penajam Paser Utara. Di sana, mereka menunggu pulau baru mereka selesai dibangun: Pulau Kelawasan.

Pulau ini bukan sekadar tempat singgah. Ia dirancang sebagai ruang semi-liar hutan kecil tempat orangutan yang tak lagi bisa dilepasliarkan, tetap bisa merasakan kehidupan alami. Ada pohon-pohon untuk dipanjat, ruang luas untuk berinteraksi, dan udara bebas untuk mereka hirup tanpa batas jeruji besi.

“Ketika mereka tidak bisa dilepasliarkan, paling tidak mereka bisa hidup di habitat alaminya. Tidak lagi di kandang, tapi di hutan, dengan manusia hanya sebagai penjaga kesejahteraan mereka,” jelas Ari Wibawanto, Kepala Balai KSDA Kalimantan Timur.

Lebih dari Sekadar Konservasi

Kehadiran Mungky dan Dodo di Kalimantan bukan hanya kisah tentang satwa liar. Ia adalah cerita tentang manusia—tentang rasa bersalah, cinta, dan keinginan untuk menebus kesalahan terhadap alam.

S. Indrawati Djojohadikusumo, Wakil Ketua YAD, menegaskan, “Kami ingin orangutan jantan pipi lebar seperti Mungky dan Dodo bisa hidup lebih sejahtera, meski tidak di alam liar sepenuhnya. Pulau Kelawasan adalah janji kami agar mereka bisa menutup usia dengan bahagia.”

Akhir yang Baru

Di balik mata cokelat Mungky dan Dodo, ada kisah ribuan orangutan lain yang masih berjuang. Pulang mereka ke Borneo adalah awal dari akhir penantian panjang, sekaligus pengingat: hutan bukan milik manusia semata, tapi juga milik mereka yang lahir darinya.

Dan kini, untuk pertama kalinya setelah puluhan tahun, Mungky dan Dodo kembali mencium aroma tanah Borneo. Tanah kelahiran mereka. Rumah sejati mereka. (*)

Pewarta : Ahmad Syahir
Editor : Hendarmono Al Sidarto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Mahakam just now

Welcome to TIMES Mahakam

TIMES Mahakam is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.