TIMES MAHAKAM, JAKARTA – Tahun 2025 ditutup bukan dengan euforia kosong, melainkan dengan serangkaian capaian konkret yang menegaskan satu kata kunci: resiliensi. Di tengah dinamika global yang belum sepenuhnya stabil, Indonesia justru menunjukkan ketangguhan—baik dari sisi infrastruktur, ekonomi digital, hingga pasar modal.
Pada empat bulan terakhir inilah, publik seakan diajak menengok ke belakang, sembari menyiapkan langkah lebih percaya diri menuju 2026.
September 2025 menjadi simbol bergeraknya fondasi besar pembangunan nasional. Pemerintah meresmikan sejumlah jalur logistik strategis yang menghubungkan sentra produksi dengan pusat distribusi, menurunkan biaya logistik, sekaligus meningkatkan daya saing daerah.
Di waktu yang sama, IKN Nusantara mencatat tonggak penting. Beberapa kantor kementerian mulai difungsikan secara terbatas. Bukan sekadar seremoni, melainkan sinyal bahwa proyek ini perlahan memasuki fase operasional.
Bagi TIMES Indonesia, isu ini bukan hanya tentang bangunan dan beton, melainkan tentang perpindahan pusat gravitasi pembangunan—dari Jawa-sentris menuju Indonesia-sentris.
Oktober menghadirkan dua narasi kontras namun saling melengkapi. Dari sisi ekonomi, Indonesia kembali mencatat surplus neraca perdagangan, mempertegas ketahanan ekspor di tengah fluktuasi ekonomi global.
Di sisi lain, publik justru ramai menengadah ke langit. Fenomena hujan meteor yang tampak jelas di wilayah Jawa Barat menjadi salah satu peristiwa alam paling banyak dibicarakan. Media sosial dipenuhi foto dan cerita warga, memperlihatkan bahwa di tengah isu berat ekonomi dan politik, manusia tetap membutuhkan ruang untuk kagum.
TIMES Indonesia memotret momen ini sebagai pengingat: pembangunan tak hanya soal angka, tetapi juga pengalaman kolektif yang menyatukan rasa ingin tahu dan harapan.
November menjadi bulan penting bagi masa depan ekonomi digital Indonesia. Pemerintah mencatat penerimaan pajak digital—termasuk dari kripto dan PMSE—menembus Rp12 triliun.
Angka ini bukan semata soal pemasukan negara, melainkan bukti bahwa regulasi mulai menemukan iramanya. Ekonomi digital tak lagi berjalan di wilayah abu-abu, tetapi mulai berdiri sejajar dengan sektor formal lainnya.
Bagi publik, ini menandai fase baru: inovasi tetap tumbuh, namun akuntabilitas tak ditinggalkan. Sebuah keseimbangan yang menjadi pekerjaan rumah sekaligus harapan besar menuju tahun-tahun berikutnya.
Desember 2025 ditutup dengan catatan bersejarah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus rekor All-Time High, bertengger di kisaran 8.700-an. Pasar modal Indonesia menutup tahun dengan optimisme tinggi, ditopang stabilitas makro, kepercayaan investor, dan ekspektasi positif terhadap pemerintahan baru.
Bagi investor ritel, capaian ini adalah validasi. Bagi pelaku usaha, ini sinyal kepercayaan. Dan bagi publik luas, ini menjadi penanda bahwa ekonomi Indonesia tidak sekadar bertahan—tetapi melaju.
Seri penutup Kaleidoskop 2025 ini memperlihatkan satu benang merah: ketangguhan informasi di tengah perubahan. Dari infrastruktur hingga langit malam, dari pajak digital hingga pasar modal, setiap peristiwa membentuk narasi besar tentang Indonesia yang terus belajar, beradaptasi, dan melangkah.
Bagi TIMES Indonesia, 2025 bukan hanya tentang apa yang terjadi, tetapi bagaimana informasi disajikan—dengan harapan, keseimbangan, dan keberpihakan pada solusi.
Dan di ambang 2026, satu keyakinan menguat: optimisme bukan sekadar perasaan, tetapi hasil dari kerja kolektif dan informasi yang dipercaya.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Resiliensi Akhir Tahun, Menutup Tahun 2025 dengan Ketangguhan Informasi
| Pewarta | : Imadudin Muhammad |
| Editor | : Imadudin Muhammad |